Monday, January 19, 2015

Renungan Pendidikan #8

Ust. Harry Santosa

Islam itu sederhana, namun karena kesederhanaannya maka menjadi begitu rumit bagi banyak orang, begitu seorang ulama berkata. Islam adalah agama fitrah, tentu mudah dan ringan bagi mereka yang fitrahnya masih terjaga.

Kesederhanaan fitrah, tentu saja rumit bila berhadapan dengan obsesi dan hawa nafsu, bila berurusan dgn orang2 yang tidak yakin dgn fitrah atau ciptaan Allah.

Kesederhanaan fitrah juga njlimet bila dinasehatkan kpd mereka yg tidak besyukur atas karunia yg Allah berikan, bila bertemu dengan mereka yg tergesa2 dan merasa selalu kurang atas semua karunia dan ketentuan Allah itu.

Renungkanlah, bukankah Allah swt telah menginstal semua fitrah2 baik dalam diri anak2 kita?

Lihatlah, sejak fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat, fitrah kepemimpinan, fitrah perkembangan sampai kpd fitrah2 yg ada di luar dirinya, semua diberikan Allah swt untuk bekalnya menjalani misi atau peran sbg khalifah, imaroh, imam dan beribadah.

Bukan hanya itu bahkan Allah swt telah mengilhamkan di dada para orangtua hikmah hikmah mendidik setiap hari. Memberikan peristiwa2 setiap hari utk disikapi dgn bijak dan digali hikmah2nya bersama anak2nya.

Tuhanku telah mendidikku maka menjadi baguslah akhlakku.

Mendidik anak dalam Islam pun sesungguhnya sederhana, kita hanya perlu menemani agar fitrah2 yg baik yang ada pada anak2 kita bisa dibangkitkan dan disadarkan secara alamiah, lewat imaji2 positif ttg Allah, ttg dirinya, ttg alamnya, ttg masyarakatnya dstnya. Lalu dilanjutkan dgn keteladanan dan pendampingan pd tahap berikutnya.

Sayangnya banyak orang yg ingin menjadi tuhan, merasa fitrah2 karunia Allah itu kurang, merasa fitrah itu terlalu sederhana, merasa anak2 kita makhluk lemah, ibarat kertas kosong yg perlu ditulisi sebanyak2nya, dibentuk semau2nya. Mereka membuat2 standar yg menyeragamkan pendidikan.

Banyak yg merasa bhw tiap anak tdk memiliki fitrah perkembangan, sehingga anak2 digegas dan dijejali sesuatu yg belum waktunya. Mereka mempercayai tahap emas hanya pd usia balita, padahal tiap tahap perkembangan usia adalah emas, sepanjang mengikuti sunnatullah. Bahkan Nabi saw semakin cemerlang pd puncak usianya ketika berusia 40 tahun.

Banyak yg merasa bhw tiap anak tdk memiliki fitrah belajar, sehingga anak dipaksa dan digegas belajar sehebat2nya utk sesuatu yg belum waktunya.

Misalnya, berapa banyak anak bayi yg diajarkan bahasa asing sebelum tuntas bahasa ibunya? Berapa banyak anak sekolah dasar yg dipacu olimpiade ini dan itu, padahal belajar bukanlah utk menguasai sebanyak2nya, namun utk semakin menjadi dirinya.

Banyak yg menyangka bhw tiap anak tdk punya bakat apapun, pdhl dengan gamblang melihat bhw tiap anak punya sifat bawaan yg unik. Mereka menggegas anak2nya sesuai cetakan yg dibuatnya dengan formula 10000 jam latihan keras, maka jadilah sesuai cetakannya. Ibarat monyet sirkus, yg dilatih untuk pertunjukkan semau pelatihnya.

Padahal bakat anak adalah fitrah, itulah panggilan hidupnya, peran peradabannya, peran spesifiknya sbg khalifah di muka bumi yg kelak akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.

Banyak yg mengira, tiap anak tdk lahir bersama fitrah keimanannya. Mereka mendoktrin keimanan bagai orang mengajarkan pengetahuan. Padahal keimanan bukan pengetahuan, namun kesadaran yang tumbuh dari dalam, pengetahuan hanya membantu meneranginya. Berapa banyak orang yg banyak tahu agama namun tdk tumbuh kesadarannya dan tdk tercerahkan.

Mari Ayah Bunda, mari para pendidik peradaban, kita bangun pendidikan berbasis fitrah, pendidikan yg membangkitkan kesadaran fitrah anak2 kita. Agar anak2 kita tumbuh sesuai fitrahnya, sesuai apa yang Allah kehendaki.

Tiada yg berubah dari fitrah Allah, kecuali disimpangkan dan dikubur dalam dalam. Bagi yg menyimpangkan fitrah itu maka akan mendapat bukan yg lebih baik, namun justru keburukan. Kita tidak membutuhkan kurikulum apapun kecuali peta jalan dan frame pendidikan berbasis fitrah anak.

Mari kita temani anak2 kita menjaga dan menumbuhkan fitrah mereka, agar kita mampu mempertanggungjawabkan fitrah2 baik itu di hadapan Allah kelak. Kita bukanlah yang menciptakan mereka, tetapi Allahlah Yang Menciptakan mereka. Berhentilah berobsesi dan berhentilah menjadi tuhan.

Bukankah fitrah itu adalah kesejatian? maka pendidikan sejati adalah pendidikan berbasis fitrah.

Salam Pendidikan Peradaban,




#‎pendidikanberbasispotensi dan akhlak
‪#‎pendidkanberbasisfitrah
‪#‎gradasisaga

No comments:

Post a Comment