Sore itu aku begitu lelah sepulang bekerja. Meski sebentar
lagi waktu berbuka tiba, aku tak kuasa menahan godaan kasur yang terhampar. Ah,
padahal rencanaku sepulang kerja ini akan memasakkan sesuatu yang spesial
untukmu.
Kuminta izinmu untuk sekedar merebahkan tubuhku walau
sebentar saja. Kau pun mengangguk mengizinkan. Dan ternyata aku begitu nyenyak
terbuai mimpi. Kau membangunkanku dengan lembut tepat setengah jam sebelum
waktu berbuka tiba.
“Ah, kenapa baru sekarang dibangunkan, kan aku belum memasak
untuk kita berdua?”
“Udah, sana cuci muka.”
“Okelah.”
Keluar dari kamar mandi, aku menemukan sesuatu yang luar
biasa. Baju-baju kotor sudah dicuci, piring dan gelas kotor sudah bersih,
sampah sudah dibuang dan di atas meja sudah terhampar dua gelas teh manis,
buah-buahan, makanan lain untuk membatalkan puasa kita. “Udahlah sayang, kita
nanti buka di luar saja. Kamu pasti capek banget kan?”
Ah sayang, selalu saja ada caramu membuatku terharu.
Kejutan-kejutan kecilmu membuatku merasa menjadi wanita paling bahagia. Kau
begitu bersabar atas diriku, mengingatkan saat aku salah, tak sungkan membantu
pekerjaan rumah tangga. Terima kasih sayang, telah menjadikanku pendampingmu.
Dari istimu yang tak sempurna