Ust. Harry Santosa
"Baity Jannati", Rumahku Syurgaku, begitu
Rasulullah saw menginspirasi kita utk membangun imajinasi positif ttg rumah
kita. Bukan rumah dalam makna fisik namun rumah dalam makna bathin dan makna
langit.
Imaji positif ttg rumah kita, sungguh akan melahirkan kesan
dan persepsi positif. Dan kesan dan persepsi positif akan memunculkan
pensikapan positif terhadap kehidupan dan dunia kita. Sebaliknya, luka persepsi
akan melahirkan pensikapan yg buruk.
Begitulah anak2 kita, dunia di mata mereka adalah bagaimana
mereka mempersepsikan rumah mereka, mempersepsikan ayah mereka, mempersepsikan
ibu mereka, dan semua yang ada di dalam rumah.
Anak2 yg mudah marah, kasar pd sesama adalah karena banyak
kemarahan dan kekasaran dalam rumah mereka, anak2 yg penuh cinta pd sesama
adalah anak2 yg rumahnya dipenuhi cinta. Anak2 yg mudah membuang sampah di
jalan, tidak memelihara diri dari najis adalah mereka yg rumahnya juga
demikian.
Rumah adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantar
anak2 kita menuju peran peradabannya dengan semulia akhlak. Bila rumahnya baik
maka secara kolektif baiklah peradabannya kelak. Sebaik baik kalian di dunia
nyata adalah yang paling baik terhadap keluarga dan rumah tangganya.
Bila lahir banyak orang2 terbaik bagi rumah tangganya, maka
akan semakin baik dunia kita. Bila dunia kini suram, kumuh, kotor, palsu,
keindahan imitasi dan semu, barangkali begitupula potret kebanyakan rumah
tangga kita.
Bila dunia dan sosmed penuh fitnah dan kebencian, maka
dipastikan fitnah dan kebencian ada di rumah rumah mereka. Bila tidak ada asah,
asih dan asuh dalam kehidupan sosial di luar rumah, maka dipastikan rumah2 kita
sepi dari asah, asih dan asuh.
Neraka dunia dan neraka akhirat, sungguh dimulai dari neraka
rumah secara kolektif. Syurga dunia dan syurga akhirat, juga sungguh dimulai
dari syurga rumah secara kolektif.
Syurga adalah sebuah taman yg indah, begitulah Rumah yg
dikiaskan Rasulullah SAW dengan Syurgaku. Maka rumah kita semestinya adalah
bagai taman yang indah dan penuh cinta.
Lalu bayangkan sebuah taman adalah sebuah tempat beraneka
warna bunga yg tumbuh. Maka anak2 kita adalah bunga bunga indah peradaban yang
bentuk, warna keharuman, kelopak, tangkainya adalah unik. Dan tiada kata yg
bisa melukiskan imaji sebuah bunga kecuali cinta dan ketulusannya.
Maka jadilah petani2 bunga di taman, yg menyemai, memelihara
fitrah bunga2 itu dgn penuh cinta serta keikhlashan, rileks dan konsisten,
ithminan dan istiqomah, sesuai potensi2 fitrah yg ada. Petani taman bunga
bukanlah petani perkebunan yg menyeragamkan dan menggegas produksi namun
merusak tanah dan tanaman dalam jangka panjang.
Bila peradaban adalah taman besar kehidupan tempat berbagai
bangsa, berbagai budaya, berbagai kearifan2 dan agama, berbagai keanekaragaman
hayati, berbagai warna kulit dan bahasa dsnya yg ditakdirkan Allah hidup di
atasnya. Maka rumah kita sesungguhnya adalah adalah sebuah miniatur peradaban.
Maka camkan baik baik bahwa peradaban dunia dimulai dari
peradaban rumah kita. Dan peradaban rumah kita dimulai dari pendidikan
peradaban anak2 kita. Dan peradaban yang kita buat hari ini adalah peradaban yg
kita siapkan untuk anak cucu kita kelak.
Jangan sampai doa2 dan kebaikan2 anak cucu kita terputus krn
kita mempersiapkan peradaban yg buruk untuk mereka, krn kita lalai menjalankan
pendidikan peradaban di rumah rumah kita.
Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasispotensi dan akhlak
No comments:
Post a Comment