Ust. Harry Santosa
Bila anda memiliki beberapa anak, maka perhatikanlah baik
baik, bahwa walau mereka pernah berada dalam rahim yang sama, ayah ibu yang
sama, lahir di rumah sakit yang sama, bahkan lahir kembar identik sama dstnya, namun
mereka sesungguhnya takkan pernah sama, mereka memiliki keunikan dan kekhasan
masing2 yg berbeda. Bukan hanya ciri fisik namun juga sifat bawaannya masing
masing.
Sampai kapanpun seorang kakak tidak akan pernah menjadi
adiknya, dan seorang adik tidak pernah menjadi kakaknya. Anak kita tidak akan
pernah menjadi versi kedua dari orang lain kecuali jika kita memaksanya
demikian dengan membuatnya menderita karena mengingkari jatidirinya.
Ingatlah bahwa seseorang tidak akan menjadi maksimal jika
dipaksa menjadi atau menjalani sesuatu yang bukan dirinya. Alangkah bodohnya
meminta kuda menjadi ikan, menyuruh ikan menjadi burung, memaksa burung menjadi
kuda. Apakah kita pernah memanjatkan doa doa agar anak kita menjadi seperti
anak orang lain?
Bukan Allah Yang Maha Mendengar, tidak berkenan mengabulkan
doa2 kita, karena apa jadinya jika kuda didoakan agar menjadi ikan, maka akan
lahir makhluk aneh (bukan unik) yang bukan hebat bahkan menjadi mengerikan atau
menggelikan.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya setiap anak itu unik. Maka,
janganlah pernah memaksa anak anak kita utk meniru orang lain, menyuruh mereka
seperti anak tetangga, menceramahi setiap hari kehebatan anak orang lain.
Maksud berbuat obsesif begitu apa ya?
Apakah kita yg menciptakan anak kita sehingga kita tahu anak
kita harus menjadi apa kelak? Bukankah Allah yang menciptakan mereka, bahkan
kita tidak pernah tahu tujuan spesifik penciptaan anak kita, apa misi spesifik
anak2 kita di muka bumi? Tugas kita hanyalah menemani mereka dalam menemukan, menyadari
dan menjaga fitrah nya, termasuk fitrah bakat atau potensi uniknya.
Karena itu, sejatinya memang tidak ada 1 kurikulumpun cocok
utk semua sekolah bahkan cocok utk semua orang.
Setiap satuan pendidikan bahkan mesti punya kurikulum khas
satuan pendidikan itu bukan kurikulum nasional apalagi yg cuma sekedar basa
basi mulok.
Setiap anak bahkan memerlukan personalized education terkait
potensi dan character unik serta "curriculum" vitae nya masing
masing.
Ketahuilah bahwa tidak ada satu obat ajaib (one magic
medicine) untuk semua jenis penyakit, bahkan tidak ada satu komposisi gizi yg
cocok utk semua orang.
Siapapun yang mencoba mendikte akan jadi dikator. Betapa
jeniusnya KHD yang menempatkan negara hanya pendorong, sbg Tut Wuri Handayani
dan memerankan Guru sebagai pamong.
Betapa bijaknya Rasulullah SAW yang tidak meninggalkan
kurikulum untuk semua orang, tetapi cukup membuat panduan bagi setiap orang
agar menyelaraskan panduan itu dengan potensi dan karakter unik dirinya masing
masing dalam rangka memuliakan dan menyempurnakan akhlaknya.
Jadi sesungguhnya apa yang mau diperbaiki atas kurikulum
pendidikan nasional, kecuali meninggalkannya lalu membuat kurikulum personal
sendiri utk anak2 kita sendiri yg berbeda dari anak lain? Karena setiap anak
adalah begitu istimewa...
Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasis potensi dan akhlak
No comments:
Post a Comment