Ust. Harry Santosa
Pada galibnya anak anak kita kelak sepeninggal kita akan
menghuni suatu zaman yang mungkin "beyond imagine", yang tidak pernah
terbayangkan oleh kita akan seperti apa.
Saat ini saja, zaman ini sudah membuat kita, kebanyakan para
orangtua tergagap gagap, tergopoh gopoh, terkejut kejut, terpana, terpesona dan
sebagian lagi tergila2.
Kebanyakan kita, tanpa sadar, sudah merasa tak sanggup
mendidik anak anak kita sendiri. Kita merasa zaman sudah terlalu edan atau
kitanya yang sudah tenggelam dalam dunia yang membuat edan, sehingga melalaikan
pendidikan anak anak kita.
Kita umumnya lebih suka menitipkan anak anak kita di
lembaga, di asrama dll lalu merasa telah mendidik dengan alasan klasik bahwa
kita tidak mampu mendidik sendiri.
Jika demikian, lalu apa yang kita tinggalkan untuk anak anak
kita agar mereka mampu menjalani kehidupan sesuai misi penciptaannya di zaman
yang akan datang itu kelak?
Meninggalkan harta warisan yang banyak? Meninggalkan ilmu
yang banyak? Meninggalkan perusahaan yang banyak? Meninggalkan ilmu agama yang
banyak?
Kita tentunya tidak ingin generasi sesudah kita, generasi
yang mengikuti hawa nafsu dan meninggalkan sholat.
Sesungguhnya sebaik baik bekal adalah taqwa, ya... taqwalah
yang akan kita bekalkan kepada mereka, anak anak kita, generasi masa depan.
Lalu apa makna taqwa?
Sesungguhnya taqwa bukan hanya meninggalkan laranganNya
tetapi yang terpenting adalah menjalankan perintahNya. Dosa melanggar
perintahNya jauh lebih besar daripada dosa meninggalkan laranganNya. Dosa Iblis
yang menolak perintah Allah untuk sujud pada Adam as, berakibat lebih hebat dan
fatal daripada dosa Adam yang melanggar laranganNya.
Kemampuan menjalankan perintahNya adalah kemampuan
menjalankan peran yang telah digariskanNya kepada setiap manusia yaitu untuk
peran Ibadah (beribadah), untuk menjadi Imaroh (pemakmur bumi), untuk menjadi
Imama (pemimpin para orang bertaqwa), dan menjadi Khalifah di muka bumi.
Tujuan peran ini secara personal adalah menebar rahmat dan
pembawa berita gembira (solution maker) serta pembawa peringatan (warning
notifier).
Secara komunal tujuan peran ini agar terbentuk
komunitas/ummat yang menjadi model tebaik untuk bisa diteladankan (khoiru ummah)
dan menjadi komunitas yang mampu melakukan peran integrator dan orkestrator
(ummatan wasathon) bagi kebaikan kebaikan yang ada pada semua ummat.
Membekali taqwa adalah membekali anak anak kita kemampuan
mengambil peran peradaban menurut alQuran seperti di atas, baik personal maupun
komunal.
Peran peradaban adalah hasil resultansi dari fitrah fitrah
personal anak kita (fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat, fitrah
perkembangan dstnya) dan fitrah komunal (fitrah alam, fitrah masyarakat, fitrah
lokalitas dan budaya, fitrah zaman) yang dibangkitkan dan ditumbuhkan melalui
sebuah katalis peradaban bernama pendidikan.
Maka kembalikanlah fitrah kesejatian kita para orangtua dan
anak anak kita. Kembalikanlah kesejatian keluarga, kesejatian komunitas,
kesejatian masyarakat, kesejatian alam, kesejatian belajar, kesejatian mendidik
dan pendidikan dstnya.
Mari kita mulai pendidikan berbasis kesejatian fitrah ini di
rumah rumah kita (home based education) dan juga di komunitas komunitas/jamaah
kita (community based education), karena peradaban terbaik dimulai dari rumah
dan dari komunitas yang melahirkan generasi dengan peran peran terbaik.
Semoga kita, keluarga2 dan komunitas2 dapat bersama2 bergandeng
tangan, bershaf-shaf dengan rapi merajut peran peradaban terbaik untuk generasi
peradaban terbaik untuk memperindah dan memuliakan zaman. Mari kita wujudkan
melalui pendidikan berbasis fitrah menuju peran peradaban sebagaimana Allah swt
kehendaki.
Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasispotensi
#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak
No comments:
Post a Comment