Ust. Harry Santosa
#potensifitrahperkembangan
Segala yang ada di muka bumi memiliki sunnatullah tahapan
pertumbuhannya masing-masing yang berkorelasi dengan dimensi waktu dan
dimensi kehidupan.
Ada masa dimana benih atau biji ditanam dan disemai, ada
masanya benih bertunas, ada masanya tumbuh cabang dan daun, ada masanya
berbunga, ada masanya berbuah begitu seterusnya.
Untuk setiap masa itu ada cara dan tujuannya masing-masing.
Dalam sunnatullah perkembangan atau pertumbuhan ini maka tidak berlaku kaidah
"makin cepat makin baik", juga jangan terlalu terlambat untuk tiap
tahapannya. Segala sesuatunya akan indah bila tumbuh pada saatnya.
Inilah potensi fitrah perkembangan, dimana semua upaya dan
tujuan menumbuhkan fitrah harus sesuai tahapan fitrah perkembangan. Karena
peran pendidikan adalah menumbuhkan fitrah anak anak kita maka pendidikan
fitrah keimanan, pendidikan fitrah belajar dan pendidikan fitrah bakat sebaiknya
mengikuti sunnatullah tahapan waktu.
Maka dalam pandangan keimanan pada sunnatullah tahapan ini,
tidak ada periode emas pada tahap tertentu sebagaimana kita umumnya mengenal
"golden age" pada usia 0-5 tahun. Karena sesungguhnya setiap tahap
usia adalah emas apabila tumbuh menurut cara dan tujuan yang sesuai pada tahap
itu.
Sistem persekolahan yang ada umumnya melihat tiap tahapan
itu sebagai upaya persiapan masuk perguruan tinggi atau mencetak professor dan
professional, dimulai sejak pendidikan anak usia dini.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) bukanlah sekolah anak usia
dini (SAUD) yang mempersiapkan anak untuk masuk sekolah dasar. Dengan pandangan
absurd ini, banyak persekolahan yang memberhalakan kecerdasan akademis sebagai
mata uang yang paling laris dijajakan.
Sesungguhnya bukan demikian! Pandangan ini mengingkari
fitrah perkembangan. Setiap yang mengingkari fitrah dipastikan merusak fitrah
itu sendiri.
Pendidikan usia dini sejatinya adalah pendidikan agar anak2
kita utuh menjadi usia dini dalam semua aspek fitrahnya (fitrah keimanan,
fitrah belajar, fitrah bakat) tepat ketika mereka berada pada usia dini.
Begitupula pendidikan dasar dan menengah adalah pendidikan
agar anak anak kita utuh dalam semua aspek fitrahnya pada tahapan tersebut.
Sayangnya banyak orangtua yang "taken for granted"
pada sistem persekolahan yang mengkhianati fitrah perkembangan ini. Kita
ikut-ikutan merusak fitrah anak anak kita tanpa sadar karena menganganggap
persekolahan adalah pendidikan yang kebenarannya mutlak.
Di sisi lain, tidak pernah ada penelitian ilmiah satupun
yang membenarkan tahapan perkembangan manusia sebagaimana pengamatan psikolog
barat terhadap masyarakat mereka, yaitu ada tahap toddlers, kids, teenagers,
adult dstnya, dimana setiap tahap itu dibagi tiga yaitu tahap awal, pertengahan
dan akhir, lalu ada pubertas untuk tiap tahap tersebut.
Tahapan tanpa ada landasan ilmiah ini kemudian masuk ke
dalam sistem persekolahan menjadi TK, SD, SMP, SMA dstnya, dimana masing masing
punya waktu 3 dan 6 tahun. Total lama bersekolah mencapai 20 tahun bahkan lebih
sebelum seseorang dianggap layak menjadi manusia dewasa dan memiliki peran
sosialnya.
Sesungguhnya Islam dan bahkan dunia sebelum era persekolahan
modern seperti hari ini, hanya mengakui dua tahap besar pertumbuhan manusia
yaitu sebelum Aqil Baligh ( < 15 tahun) dan sesudah Aqil Baligh (=> 15
tahun). Islam dan peradaban dunia hanya mengenal dua tahap yaitu tahap anak dan
tahap pemuda, dan sampai abad 19 tidak pernah mengenal istilah adolescene
(remaja). #aqilbaligh
Lagi lagi para orangtua menerima begitu saja, menelan
mentah-mentah sistem yang dibangun tanpa landasan ilmiah dan melanggar fitrah
ini, sistem yang melambatkan peran para pemuda belasan tahun, sistem yang
melakukan pembocahan anak anak kita sampai usia 25 tahun, sistem yang membuat
kegalauan dan kegelisahan yang panjang akibat kesenjangan masa anak dan masa
pemuda yang terlalu jauh.
Maka mari kita kembalikan pendidikan anak anak kita-
pendidikan generasi peradaban - kepada kesejatiannya, kepada kesejatian fitrah
perkembangan dan fitrah pertumbuhan anak-anak kita, lalu meletakkan fitrah2
lainnya di atas fitrah perkembangan itu secara tepat.
Ambilah sehelai kertas, rancanglah pendidikan fitrah
keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat anak anak kita pada tahap usia 0-6
tahun, lalu pada tahap usia 7-10 tahun, lalu pada tahap usia 11-14 tahun (pre
aqil baligh), lalu tahap usia di atas 15 tahun (post aqil baligh).
Pelajarilah Sirah Nabawiyah, amati dengan seksama bagaimana
mendidik masing-masing fitrah itu
sesuai tahapannya. Bagaimana mendidik dan
membangkitkan fitrah keimanan atau aqidah di usia dini, juga di usia pre aqil
baligh awal, pre aqil baligh akhir dstnya. Pelajarilah sains tentang
perkembangan manusia yang sesuai dengan alQuran.
Lihat dan telitilah bagaimana fitrah Belajar seperti Bahasa
ibu, Belajar di Alam, Belajar di Masyarakat dstnya dididik pada tiap tahapan
itu. Juga bagaimana fitrah Bakat diamati, dikenali, dikembangkan pada tiap
tahap itu. Susunlah semuanya agar menjadi framework dan roadmap pendidikan anak
anak kita.
Setelah itu mari kita rancang dan jalankan pendidikan sesuai
tahapan fitrah perkembangan, mari kita didik generasi aqil baligh yang mampu
memikul syariah, generasi peradaban belajar yang inovatif dan generasi yang
memiliki peran peradaban ketika anak anak kita mencapai aqilbaligh saat berusia
belasan tahun.
Lagipula buat apa kita ajarkan syariah, kecerdasan, bakat
dll pada anak anak kita bila mereka tidak dipersiapkan menjadi generasi
aqilbaligh. Padahal hanya generasi aqilbaligh yang mampu memikul syariah dan
yang punya peran peradaban, generasi yang mampu menebar rahmat dan manfaat
ketika mencapai aqilbaligh.
Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasispotensi
#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak
No comments:
Post a Comment