Ust. Harry Santosa
Apa yang disisakan dari sebuah rumah tangga atau keluarga
tanpa ada aktifitas pendidikan di dalamnya?
Apakah rumah kita hanya sebuah ruang hampa tempat makan dan
tidur serta (maaf) mandi dan buang hajat?
Sebagaimana AlQuran akan menerangi rumah kita dengan membaca
dan mentadaburinya, maka sebuah rumah tangga atau keluarga dengan aktifitas
pendidikan juga akan dipenuhi cahaya.
Sebuah rumah tanpa aktifitas pendidikan di dalamnya, bagai
ruang kusam dan gelap krn di dalamnya tidak ada proses saling memberi cahaya
yaitu proses mendidik dan dididik, tidak ada nasehat utk saling menyadarkan dan
disadarkan, begitupula tidak ada keceriaan dan kepercayaan utk saling
menumbuhkan dan ditumbuhkan.
Sebuah rumah tangga bukan hanya kumpulan fisik layaknya
kandang ternak, namun dia sepenuhnya lebih kepada kumpulan ruh, hati dan
fikiran.
Apa jadinya jika pikiran dan hati ayah sehari hari adalah
pikiran tentang pekerjaan dan masalah kantor serta hobby yg dibawa ke rumah yg
menyerobot hak pendidikan anak dan keluarganya?
Apa jadinya jika fikiran dan hati anak adalah fikiran dan
perasaan tentang pekerjaan dan masalah sekolah yang dibawa ke rumah, yg
menyerobot hak orangtua utk mendidiknya?
Lalu apa jadinya pula jika pikiran dan perasaan bunda sehari
hari adalah fikiran dan perhatian tentang pekerjaan dan masalah kantor dan
rumah sehari-hari yang tidak kunjung habisnya.
Tentu saja pasti ada orangtua yg memiliki pikiran dan
keinginan utk mendidik di dalam rumah, namun sayangnya wacana dan pembicaraan
sekitar pendidikan adalah bukan pembicaraan tentang kesejatian sebuah
pendidikan.
Pendidikan bagi banyak keluarga adalah tentang pekerjaan
sekolah yg dibawa ke rumah, lalu sekolah sewenang2 memberi nama pekerjaan itu
sebagai pekerjaan rumah bukan pekerjaan sekolah, padahal berbeda antara
aktivitas sekolah dan aktivitas rumah.
Begitulah aktivitas sekolah banyak menyerobot aktivitas
rumah yg luhur yg sdh ada sejak ribuan tahun lalu.
Mindset kita tentang makna sukses pendidikan adalah makna
kesuksesan berupa sekolah favorit, rangking, ijasah dan gelar yg menggantikan
makna sukses pendidikan sejati yaitu utk menyadari peran penciptaan di muka
bumi serta memberi manfaat yg banyak bagi sesama dan semesta.
Makna sosialisasi anak sering dimaknakan dengan makna
hadirnya bersama teman-teman seumuran dalam ruang kelas seharian, yg
menggantikan makna relasi sosial antar usia yang lebih luas.
Makna belajar lebih sering dimaknakan dengan kegiatan
menghabiskan bahan pelajaran dan persiapan ujian, menggantikan makna belajar
sejati untuk menjadi diri seutuhnya.
Makna tentang tempat belajar yang selalu diberi stigma bahwa
tempat belajar terbaik hanya di sekolah saja, menggantikan semua tempat belajar
yang lebih baik di muka bumi.
Pikiran ayah sehari2 ttg pendidikan anak2nya adalah
menyediakan biaya sebanyak2nya agar dapat bersekolah setinggi2nya.
Pikiran anak sehari2 ttg pendidikan adalah menyelesaikan
pekerjaan rumah secepat secepatnya dan sebanyak2nya, lalu kuliah setinggi
mungkin.
Pikiran bunda sehari2 tentang pendidikan adalah memastikan
sang ayah menyediakan biaya untuk sekolah dan memastikan sang anak menyediakan
waktu untuk bersekolah sepenuh masa anak2 dan sepenuh masa sebelum
aqilbalighnya.
Apa yang sesungguhnya diniatkan oleh mereka yang menikah
bila memaknakan pendidikan seperti itu? Apakah artinya sebuah keinginan
mendidik bila tanpa berwujud aktivitas mendidik anak2nya sendiri dengan pendidikan
sejati yang sesungguhnya?
Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasispotensi dan akhlak
No comments:
Post a Comment