Monday, January 19, 2015

Renungan Pendidikan #5

Ust. Harry Santosa

Apa yang disisakan dari sebuah rumah tangga atau keluarga tanpa ada aktifitas pendidikan di dalamnya?
Apakah rumah kita hanya sebuah ruang hampa tempat makan dan tidur serta (maaf) mandi dan buang hajat?

Sebagaimana AlQuran akan menerangi rumah kita dengan membaca dan mentadaburinya, maka sebuah rumah tangga atau keluarga dengan aktifitas pendidikan juga akan dipenuhi cahaya.

Sebuah rumah tanpa aktifitas pendidikan di dalamnya, bagai ruang kusam dan gelap krn di dalamnya tidak ada proses saling memberi cahaya yaitu proses mendidik dan dididik, tidak ada nasehat utk saling menyadarkan dan disadarkan, begitupula tidak ada keceriaan dan kepercayaan utk saling menumbuhkan dan ditumbuhkan.

Sebuah rumah tangga bukan hanya kumpulan fisik layaknya kandang ternak, namun dia sepenuhnya lebih kepada kumpulan ruh, hati dan fikiran.

Apa jadinya jika pikiran dan hati ayah sehari hari adalah pikiran tentang pekerjaan dan masalah kantor serta hobby yg dibawa ke rumah yg menyerobot hak pendidikan anak dan keluarganya?

Apa jadinya jika fikiran dan hati anak adalah fikiran dan perasaan tentang pekerjaan dan masalah sekolah yang dibawa ke rumah, yg menyerobot hak orangtua utk mendidiknya?

Lalu apa jadinya pula jika pikiran dan perasaan bunda sehari hari adalah fikiran dan perhatian tentang pekerjaan dan masalah kantor dan rumah sehari-hari yang tidak kunjung habisnya.

Tentu saja pasti ada orangtua yg memiliki pikiran dan keinginan utk mendidik di dalam rumah, namun sayangnya wacana dan pembicaraan sekitar pendidikan adalah bukan pembicaraan tentang kesejatian sebuah pendidikan.
Pendidikan bagi banyak keluarga adalah tentang pekerjaan sekolah yg dibawa ke rumah, lalu sekolah sewenang2 memberi nama pekerjaan itu sebagai pekerjaan rumah bukan pekerjaan sekolah, padahal berbeda antara aktivitas sekolah dan aktivitas rumah.

Begitulah aktivitas sekolah banyak menyerobot aktivitas rumah yg luhur yg sdh ada sejak ribuan tahun lalu.
Mindset kita tentang makna sukses pendidikan adalah makna kesuksesan berupa sekolah favorit, rangking, ijasah dan gelar yg menggantikan makna sukses pendidikan sejati yaitu utk menyadari peran penciptaan di muka bumi serta memberi manfaat yg banyak bagi sesama dan semesta.

Makna sosialisasi anak sering dimaknakan dengan makna hadirnya bersama teman-teman seumuran dalam ruang kelas seharian, yg menggantikan makna relasi sosial antar usia yang lebih luas.

Makna belajar lebih sering dimaknakan dengan kegiatan menghabiskan bahan pelajaran dan persiapan ujian, menggantikan makna belajar sejati untuk menjadi diri seutuhnya.

Makna tentang tempat belajar yang selalu diberi stigma bahwa tempat belajar terbaik hanya di sekolah saja, menggantikan semua tempat belajar yang lebih baik di muka bumi.

Pikiran ayah sehari2 ttg pendidikan anak2nya adalah menyediakan biaya sebanyak2nya agar dapat bersekolah setinggi2nya.

Pikiran anak sehari2 ttg pendidikan adalah menyelesaikan pekerjaan rumah secepat secepatnya dan sebanyak2nya, lalu kuliah setinggi mungkin.

Pikiran bunda sehari2 tentang pendidikan adalah memastikan sang ayah menyediakan biaya untuk sekolah dan memastikan sang anak menyediakan waktu untuk bersekolah sepenuh masa anak2 dan sepenuh masa sebelum aqilbalighnya.

Apa yang sesungguhnya diniatkan oleh mereka yang menikah bila memaknakan pendidikan seperti itu? Apakah artinya sebuah keinginan mendidik bila tanpa berwujud aktivitas mendidik anak2nya sendiri dengan pendidikan sejati yang sesungguhnya?

Salam Pendidikan Peradaban

#pendidikanberbasispotensi dan akhlak

No comments:

Post a Comment