Monday, January 19, 2015

Renungan Pendidikan #12

Ust. Harry Santosa

#‎potensifitrahbakat

Setiap anak kita adalah “very unique”, setiap mereka adalah “very limited special edition”, begitu menurut seorang ustadz.

Sesungguhnya setiap seseorang diciptakan hanya sekali dan satu-satunya sepanjang zaman sejak zaman Nabi Adam as, tidak pernah ada edisi ke dua atau versi kedua manusia yg diciptakan demikian di muka bumi dan di akhirat kelak.

Lihatlah anak-anak kita, tidak seorangpun dari mereka memiliki ciri khas dan sifat bawaan yang sama. Ingatlah selalu bahwa Allah swt terlalu kaya untuk membuat manusia serupa dan sama.
Tidak satupun manusia yang sama persis di muka bumi, baik fisik maupun sifat bawaannya. Lima milyar manusia dengan lima milyar potensi bakat. Renungkanlah, apakah ini sebuah ketidaksengajaan? Apakah adanya variasi yang tak berhingga demikian adalah sebuah kebetulan?

Semua keunikan itu pasti ada maksudnya, ada tujuannya, ada misi penciptaannya, ada perannya, ada manfaatnya dalam peradaban manusia yang membutuhkan begitu banyak peran beragam.
Peran khalifah di muka bukanlah peran tunggal, namun kolektifitas peran spesifik yang beragam. Peran spesifik ini telah terinstal sejak lahir berupa fitrah.

Inilah yang disebut potensi fitrah bakat, di samping potensi fitrah lainnya. Potensi fitrah bakat adalah potensi keunikan berupa sifat bawaan yang telah Allah instal pada setiap anak sejak pertama kali diciptakan.

Potensi fitrah bakat atau potensi unik ini bahkan nampak sejak dalam kandungan, terlihat jelas semenjak balita dan akan semakin menguat dan konsisten saat usia 10 tahun.
Ada dua hal yang harus dikenali dengan jelas dan utuh saat usia 10 tahun, yaitu mengenal Allah dan mengenal diri. Usia 10 adalah batas akhir sholat yang sempurna (sebagai penanda tumbuhnya fitrah keimanan) dan aktifitas bakat yang mulai konsisten dan fokus untuk dikembangkan (sebagai penanda mulai ditajamkannya peran peradabannya kelak yang berbasis fitrah bakat).

Jika seorang anak terlihat “suka menata” sejak usia 8 bulan, maka akan terus demikian bahkan mungkin semakin menguat ketika berusia 88 tahun. Jika seorang anak terlihat “suka bersih bersih” sejak usia 8 bulan maka akan terus demikian bahkan semakin menguat ketika berusia 88 tahun.
Fitrah itu ibarat benih, tergantung kepada kita orangtua dan pendidik, mau diletakkan di tempat yang menumbuh suburkan benih itu atau mau menguburnya dalam dalam.

Fitrah bakat atau sifat bawaan ini pada akhirnya jika tumbuh sempurna akan merupakan peran seseorang, panggilan hidup seseorang, misi penciptaan seseorang, jalan sukses seseorang, misi spesifik tugas khalifahnya di muka bumi.

Namun sayangnya walau banyak orangtua mengakui demikian, dalam kenyataannya banyak orangtua dan pendidik yg tidak jujur dan bahkan tidak peduli serta tidak konsisten untuk mengembangkan potensi keunikan anak2nya ini.

Banyak lembaga yang menamakan dirinya sbg lembaga pendidikan, namun abai terhadap potensi fitrah bakat ini. Umumnya bakat hanya diletakkan dalam pandangan bakat dalam bidang seperti olahraga dll, lalu diberi sedikit ruang bernama ekstra kurikuler. Sementara inti utama pendidikan menurut mereka adalah skill dan knowledge (S.K).

Bayangkan ilustrasi ini, jika 1000 orang di beri pelatihan skill / keterampilan tentang autocad, photoshop dll lalu diceramahi pengetahuan/ knowledge ttg desain selama 1000 jam, maka yang mampu mendesain dengan bagus tetaplah hanya beberapa saja dari mereka yang memang benar benar berbakat desain.

Skill dan Knowledge tidak harus dikuasai semuanya, orang hebat bukanlah orang yg terampil dan mengetahui semua hal, orang hebat adalah orang yang fokus pada keunikan bakatnya lalu dilengkapi dengan skill dan knowledge pendukung yang relevan.

Abu Bakar ra mengatakan bahwa bukan aib bagi seseorang yang tidak mengetahui sesuatu yang tidak relevan dengan dirinya.

Paradigma bahwa Skill dan Knowledge harus utama adalah paradigma revolusi industri yang masih dibawa2 sampai saat ini, dimana anak2 kita digiring menjadi robot robot pekerja yang tidak perlu tahu keunikan bakatnya apa.

Dunia persekolahan masih memuja paradigma ini, mereka beranggapan semua anak sama dan wajib diajarkan semua pengetahuan. Yang paling hebat adalah yang paling banyak menguasai semuanya, walau tidak relevan terhadap bakatnya apalagi karakter personal dan lokalnya.

Lihatlah dunia kini mengalami krisis sumberdaya manusia, dimana 80% lebih orang bekerja tidak enjoy krn bekerja tanpa bakat mereka. Bahkan 87% mahasiswa Indonesia menurut riset 2014, salah jurusan.

Ketidaksesuaian bakat dan peran akan menyebabkan para professional itu tidak produktif, bahkan menyebabkan depresi dan berbagai konflik yang tidak perlu di tempat kerja.

Mari kita kenali bakat anak anak kita dengan sebaik baiknya, sebagai amanah Allah swt untuk menjaga dan menumbuhkan semua fitrah yang ada. Biarkan anak anak kita jujur menjadi dirinya sesuai sifat bawaannya, sebagaimana Allah menghendakinya demikian. Jangan pernah memaksa anak kita menjalani peran yang bukan dirinya, yang tidak sejalan dengan fitrah bakatnya, yang mengkhianati peran peradabannya.

Potensi Fitrah Bakat bukan hanya bakat pada bidang, yaitu terkait fisik yang dapat diamati, seperti olahraga, menari, memasak, dll tetapi juga bakat pada peran, yaitu yang terkait dengan peran spesifik seperti perancang, penata, pemimpin, pemikir, dsbnya yang akan dijalani anak anak kita sebagai peran khalifah di muka bumi.

Makin unik peran anak anak kita, makin eksis peran peradaban mereka. Makin seragam dan generik peran mereka, makin makin mudah digantikan oleh robot maupun orang lain.

Namun ingatlah bahwa bakat penting, namun bukan segalanya. Bakat tanpa keimanan akan menyebabkan kerusakan, namun ingat pula, bahwa keimanan tanpa peran bakat, maka akan sangat sedikit memberi manfaat bagi kehidupan.

Salam Pendidikan Peradaban
‪#‎pendidikanberbasispotensi
‪#‎pendidikanberbasisfitrah dan akhlak

No comments:

Post a Comment