Maafkan anakmu ini bunda, maafkan anakmu ini ayah. Aku belum bisa menjadi anak yang baik, belum bisa membahagiakan kalian, belum bisa menjadi kebanggan kalian, belum sepenuhnya berbakti pada kalian, belum bisa membalas jasa kalian (yang ini memang tak akan pernah bisa).
Aku tahu kalian sangat merindukanku dan akupun rindu pada kalian. Apa daya, aku sudah menyanggupi amanah ini. Jadi maafkan aku kalau belum bisa memberikan banyak waktuku untuk kalian. Padahal kalian sudah mengorbankan waktu kalian begitu banyak untukku. Bahkan tidak hanya waktu, semuanya telah kalian korbankan untukku. Kalian rela tidak tidur demi menjagaku. Rela bangun sebelum subuh demi aku bisa sarapan sebelum sekolah. Rela menungguku sekian lama agar aku tak begitu kecapekan sepulang sekolah. Rela mengantarku di subuh hari agar aku bisa mengikuti pelajaran. Rela menjemputku jam 3 pagi demi cepat melihatku di rumah. Rela menghabiskan begitu banyak pulsa untuk menelponku agar tahu kondisiku baik-baik saja. Rela menyisihkan gaji kalian agar aku bisa hidup di perantauan.
Kadang aku lupa, bersenang-senang tanpa memikirkan kondisi kalian, bercanda tawa tanpa tahu bagaimana keadaan kalian. Mungkin saat aku bersenang-senang, bercanda tawa, kalian sedang dirudung duka atau masalah. Kalian tak pernah mengungkapkan kerinduan kalian agar aku tak memikirkannnya, agar itu tak membebaniku. Agar aku bisa belajar dengan tenang. Kalian sengaja tak menceritakan masalah kalian karena takut pikiranku terpecahm, agar aku konsentrasi belajar saja.
Begitu banyak pengorbanan kalian. Bahagia sekali rasanya ketika aku memberikan gaji pertamaku padamu bunda. Aku tahu kebahagiaan di lubuk hatimu yang terdalam pasti melebihi apa yang kurasakan. Aku tahu sedikit yang kuberikan. Walau setelah itu aku meminta kepadamu lebih banyak, tapi aku bahagia melihat senyummu kala itu. Bagimu mungkin itu adalah penghargaan atas semua yang kau lakukan untukku selama 20 tahun yang masih bergantung padamu. Pembuktian bahwa aku sudah bisa menghidupi diriku, tapi aku belum bisa lepas darimu bunda, ayah. Aku masih sangat membutuhkan kalian, selamanya. Ketakutan juga menghantuiku. Jika nanti aku sudah mandiri, aku takut aku merasa tak membutuhkan kalian, aku takut mengabaikan kalian, aku takut tak peduli pada kalian.
Terima kasih. Itulah yang bisa kukatakan pada kalian. Terima kasih atas semuanya. Kadang ingin sekali kukatakan aku sangat menyayangi kalian. Tapi kenapa bibirku selalu kelu mengatakannya. Hanya bisa mengungkapkan lewat pelukan manja, tatapan cinta, ataupun cerita.
Aku ingin kalian tahu bahwa aku mencintai kalian. Terima kasih telah menjadi yang terbaik untukku. Terima kasih kalian mau menjadi orang tuaku. Maafkan aku bila belum menjadi seperti yang kalian harapkan.
Catatan seorang anak yang merasa belum bisa membahagiakan orang tuanya. (06092009, 20:43)
No comments:
Post a Comment