Hari ini benar-benar menakjubkan. Ketika orang lain masih terbuai dengan mimpinya, ketika orang lain masih bantal guling dan merebahkan tubuh di atas kasur empuknya, kami, 400-an mahasiswa akuntansi sudah berjibaku dengan rumput di Lapangan A. bukan untuk memangkas rumput, bukan pula apel dinihari, apalagi jurit malam. Kami berkumpul di Lapangan A sejak tengah malam hanya demi selembar tiket yang akan dipersembahkan khusus untuk Ayah dan Bunda yang tengah menanti kepastian mengikuti prosesi wisuda anaknya 12 Oktober kelak. Ya, pukul 00.18 handphone bergetar cukup lama, pertanda ada telepon yang masuk. Awalnya sempat tak percaya bahwa ada kabar Lapangan A sudah ramai orang demi antrian jatah 2 pendamping. Namun, mendengar backsound yang begitu ramai, akhirnya kuyakinkan diriku untuk percaya, meski masih takjub. Segera aku menuju kamar mandi dan berganti seragam kuliah. Untuk lebih memastikan, ku sms beberapa teman dan mereka mengatakan hal yang sama. Dan ternyata inbox penuh dengan kabar untuk menuju Lapangan A segera. Ya, kumantapkan langkah dengan berlari. Pun ketika gerbang Kalimongso di depan mata yang masih terkunci dengan manisnya. Akhirnya kuputuskan memanjat pagar mungil berkawat duri di bagian atas tersebut. Untung kawat durinya tak menyeluruh, masih ada beberapa cm di pinggir yang memungkinkan kami, mahasiswi yang notabene harus memakai rok ke kampus, memanjat gerbang tersebut. Penuh perjuangan juga, gerbang Kalmong terlewati dan aku pun segera berlari menuju Lapangan A.
Riuh ramai sudah mulai terdengar ketika kulewati gedung B. Begitu sampai di Lapangan A, segera kucari orang yang memegang daftar absensi, dan Alhamdulillah, aku mendapat antrian 20. Padahal sebelum aku berangkat, masih antrian 15. Menit-menit terasa begitu berharga. Fiuh, akhirnya aku menghabiskan malam bersama teman-teman senasib seperjuangan di Lapangan A. Jadilah tempat itu tempat makrab yang begitu meriah untuk spes akuntansi. Bahkan sampai ada yang membawa tikar, sarung, lilin, lampu dll sebagai bekal menginap. Kami pun mengisinya dengan canda tawa. Aku yang baru tidur sejam pun tak merasakan kantuk lagi, hanya raga sepertinya memang menuntut haknya untuk direbahkan. Pegal-pegal menyelimuti tulang punggungku. Ah, ini masih tak seberapa dibandingkan senyum manis yang akan kulihat ketika kedua orang tua menyaksikan kami dinyatakan lulus dari sebuah PTK yang sangat eksklusif di negeri ini.
Namun, di tengah hiruk pikuk aktivitas manusia di Lapangan A, banyak sekali hikmah yang bisa kupetik. Bahwa manusia memang terlahir egois dan di saat-saat tertentu akan menampakkan wujud aslinya. Bahwa perjuangan tak mengenal gender dan keadaan. Bahwa langit di malam hari, meskipun di pinggir kota besar yang tertutup gemerlapnya lampu, tetaplah menyajikan keindahan tersendiri. Bahwa masih ada orang yang bekerja di tengah lelapnya manusia lain. Bahwa ternyata jalan Bintaro yang ketika siang hari begitu susah diseberangi, sebaliknya begitu lengang pada pukul 02.00 dinihari.
Dan ketika hampir 4 jam menanti, setitik cahaya kepastian muncul. Yah, LO dari PSAK benar-benar mendata kami sesuai antrian. Setelah mendapat nomor antrian dan cap tinta yang tanpa sadar melumuri seluruh jari kelingkingku. oh noooooooooo, aku tak sadar tinta itu tersemat indah di sepanjang jari kelingkingku sampai-sampai beberapa teman tertawa melihatnya. Ah, ya sudahlah, toh tinta bisa dihapus. Aku pun akhirnya pulang ke Aliefha tercinta. Satu setengah jam menuju pukul 06.00 kumanfaatkan untuk rebahan saja, tak akan sanggup kalo tidur. Dan pukul 06.00 kami berkumpul lagi di Lapangan A untuk pendataan kedua serta antri masuk gedung I, tempat dilaksanakannya pendaftaran wisuda. Dan pendaftaran wisuda yang semula dijadwalkan dibuka pukul 08.00 pun dimajukan, dan pukul 08.00 tepat aku telah selesai registrasi dengan tanda paket wisuda 2 pendamping tertuang indah pada lembar kuintansi. Kupersembahkan tiket dua pendamping untuk Ayah dan Bunda yang pengorbanannya begitu besar. _ini cerita wisudaku, kalo kamu?_
_Aliefha 75, 12082011 14:13
Seorang ibu, istri, anak dan auditor yang suka travelling menjelajahi tempat-tempat baru dan bercita-cita menjadi ibu rumah tangga. Motto: semakin tersesat semakin menyenangkan, asal tau jalan pulang.
Labels
- Attribute Standards (1)
- audit internal (1)
- caesar bpjs (1)
- informasi (2)
- ippf (1)
- kehamilan (2)
- kisah hidupku (2)
- kisah inspiratif (7)
- mandi bola (1)
- melahirkan (2)
- menyusui (1)
- parenting (23)
- pengetahuan (4)
- Performance Standards (1)
- perjalanan (6)
- perkembangan anak (2)
- point of view (17)
- tiket lebaran (1)
- tiketkai (1)
- tips (2)
- wisata (5)
Friday, August 26, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment