Sunday, March 6, 2011

hikmah perjalanan_subang

Pagi hari aku masih sibuk menyiapkan outline yang akan diserahkan ke sekre. Alhamdulillah, urusan outline akhirnya beres. Sampai di kosan, aku langsung mempersiapkan diri, packing2 buat perjalanan ke Subang. Setelah menunggu sang empunya rumah selesai dengan segala keperluannya di kosan, kami berempat meluncur ke jalan Ceger. Kami berempat yang kumaksud adalah aku sendiri, Inten selaku sang empunya rumah, Hani selaku suami nan kekar yang berpoligami, dan Ayu selaku juru masak kos Aliefha. Sekian lama menanti, akhirnya angkot ke Kreo pun datang. Kami langsung menempelkan pantat ke kursi angkot. Di sepanjang perjalanan ke Kreo, ada-ada saja bahan bercandaan kami. Sampai di Kreo, angkot menurunkan kami. Kami pun menyeberangi jalanan nan macet. Aduh, susahnya nyebrang di jalan padat penjuru ibukota.

Setelah melalui perjuangan yang berat menyeberangi jalan, kami menunggu bus yang akan mengantar ke Kampung Rambutan. Entah mengapa daerah ini dinamai Kampung rambutan, padahal aku tak melihat penjual rambutan, pun dengan pohon rambutan. Yang ada malah terminal yang di depannya berdiri megah jalan layang dan jalan tol yang bikin pusing kendaraan karena kalau mau nyebrang jalan aja susahnya bukan main, harus muter dulu ngelewatin tol, meliuk menyusuri jalan, baru deh bisa nyebrang. Setelah sejam lebih di bus ber AC yang gak dingin, kami turun sebelum bus masuk terminal. Ayu yang akan melanjutkan perjalalanan ke Bekasi pun kami tinggal. Maklum, kami bukanlah orang yang sabar menunggu bus yang ngetem. Lima menit berdiri, bus yang akan meluncur ke Subang pun datang. Kami pun naik. Tapi entah mengapa bus cuma muterin jalan tol dan kembali ke posisi semula saat aku dan teman-teman naik bus itu. Lucunya, bus tidak mau masuk terminal dan hanya lewat di depannya saja. Untuk mengantisipasi agar bus tidak masuk terminal, sang kenek pun mengganti papan rute bus dengan kata ‘pariwisata’. Ide yang unik. Setelah melalui terminal, papan rute diputar lagi menjadi Jakarta-Subang. Hal unik pertama yang aku peroleh dari perjalanan kali ini.

Kadang aku kasian sama PO-PO itu. Apakah mereka bias menutupi paling nggak cost sekali jalan. Bus yang aku tumpangi tidak penuh. Mungkin karena kebanyakan orang sekarang lebih memilih kendaraan pribadi. Aku pun sejujurnya juga akan lebih memilih naik kendaraan pribadi kalau bukan keadaan terpaksa.
Setelah berkutat di bus Jakarta-Subang selama tiga jam, sampailah kami di rumah bercat hijau nan menyejukkan mata di Perum dekat terminal Subang, yah, di tempat itulah untuk beberapa hari kami akan menghabiskan waktu. Keluarga Inten, bersabarlah menghadapi kami untuk beberapa hari ke depan.

No comments:

Post a Comment