Thursday, February 26, 2015

Pengalaman Caesar-ku - dengan BPJS

Jumat, 12 September 2014 adalah tanggal yang diperkirakan bidan dan dokter SpOG ku bidadari kecilku akan menyapa dunia. Namun sayangnya, hingga sore hari aku tak merasakan apapun. Akhirnya aku dan suami berangkat ke bidan langganan yang jaraknya hanya 100 meteran dari rumah. Setelah dilakukan pemeriksaan dalam, hasilnya nihil. Tak ada bukaan sama sekali.

Akhirnya aku diberi obat pelunak rahim agar terjadi pembukaan. Sayangnya, obat itu tidak bekerja pada tubuhku. Hingga seminggu kemudian, aku kembali lagi ke bidan, dan hasilnya ibu bidan yang super sabar itu menyerah. Aku disarankan melakukan USG lagi. Sore harinya aku langsung ke SpOg, dan hasil USG menunjukkan plasenta sudah mulai menua meski ketuban masih bagus. Dokter SpOG menyarankan agar aku diinduksi atau dioperasi pada saat itu juga. Namun, membayangkan induksi dan operasi koq ngeri ya. Aku ingat pesan bidan sebelum aku berangkat ke dokter, biasanya kehamilan bisa maju atau mundur dari HPL maksimal 2 minggu, dan saat itu aku baru terlambat seminggu. Akhirnya aku memutuskan kembali lagi ke bidan dan berkonsultasi tentang kehamilanku.



Ibu bidan akhirnya memberiku waktu 2 hari untuk memutuskan, jika sampai 2 hari belum ada tanda apa-apa lagi, aku harus segera ke rumah sakit. Dan ternyata benar, si kecil tidak ada tanda-tanda sama sekali kalau mau keluar.

Akhirnya pada tanggal 21 September 2014, aku ke bidan lagi dan diberi rujukan ke rumah sakit. Aku diberilist rumah sakit beserta dokter SpOG nya. Akhirnya kuputuskan memilih rumah sakit swasta yang mau menerima BPJS.

Sampai di rumah sakit, ternyata sudah ada 2 ibu hamil yang menunggu dioperasi. Dokter wanita yang baik hati itu memberiku pilihan, induksi atau caesar. Setelah bermusyawarah dengan keluarga, akhirnya aku memutuskan operasi caesar. Bismillah.

Ketika suamiku mengurus administrasi, aku menunggu di ruang bersalin. Aku mendapatkan diskon 50% menggunakan BPJS dengan pindah kelas dari kelas 3 menjadi kelas 1 karena ruangan VIP sudah penuh.

Aku masuk rumah sakit pukul 13.00 dan mendapat jadwal operasi pukul 14.00. Sembari menunggu jadwal operasi, bidan dan perawat mempersiapkan segala keperluan operasi. Aku dipasang infus di tangan kiri, tes darah, suntikan antibiotik, pemasangan kateter. Untuk orang yang belum pernah dirawat di rumah sakit seperti aku, hal-hal yang dilakukan perawat dan bidan itu cukup menyeramkan. Pemasangan infus berlangsung lancar. Pengambilan darah dengan jarum suntik yang cukup besar membuatku merinding. Meski pernah donor darah dengan ukuran jarum yang jauh lebih besar, tetap saja disuntik tu rasanya menyeramkan. Suntikan antibiotik untuk mengetahui alergi cukup menyiksaku. Ketika cairan itu masuk pembuluh darah, terasa gatal dan panas. Rasanya cengkeraman tanganku ke lengan suamiku kurang kuat menahan rasa gatal dan panas itu,padahal aku sudah mencengkeram sekuat tenaga. Pemasangan kateter ini yang paling lancar. Perawatnya sangat terampil sampai aku tidak terasa kateter sudah dipasang.

Pukul 14.00 aku dibawa ke ruang operasi. Setelah dipindah ke meja operasi, aku diminta membungkuk untuk dibius. Bius lokal disuntik di bagian tulang belakang. Sakitnya luar biasa, tapi aku pasrah saja. Bisa dibayangkan bagaimana perut besar, membungkuk memegang kaki dan disuntik. Tapi toh akhirnya aku bisa melewatinya.

Setelah itu aku dibaringkan dan asisten dokter memasang penghalang berupa kain berwarna hijau di depanku. Aku tak bisa melihat proses operasi. Aku mulai merasa kesemutan, tanda bius mulai bekerja, dan setelah itu anggota tubuh bagian bawahku tidak merasakan apa-apa.

Aku diajak ngobrol asisten dokter, dan hanya terus berdzikir sambil sesekali menjawab obrolan sambil melihat alat monitor detak jantung. Lima belas menit kemudian aku diberitahu bahwa putri kecilku sudah lahir ke dunia. Aku tersenyum lega. Ketika putriku dibersihkan, perutku dijahit. Aku merasakan jantungku berdebar lebih cepat bahkan ketika sampai ruang pemulihan. Akhirnya IMD ku gagal. Ah, sediiih.

Di ruang pemulihan, aku terus dipantau, sampai akhirnya kira-kira pukul 15.00 aku sudah merasakan detak jantungku kembali normal. Pukul 15.30 aku dibawa ke ruang rawat. Di sana sudah menunggu suami dan orang tuaku.

Pengaruh bius baru mulai menghilang sekitar pukul 19.00. Aku mulai merasakan pegal-pegal sampai tidak bisa tidur semalaman. Keesokan harinya, aku sudah bisa miring dan baru bisa setengah duduk pada hari ketiga. Dokter bilang perkembanganku sangat lambat. Biarlah, toh aku sudah berusaha. Akhirnya target hari keempat keluar rumah sakit tercapai juga. Aku sudah bisa duduk pada hari keempat, dan ternyata setelah itu semuanya terasa lebih mudah. Setalah bisa duduk aku langsung belajar turun dari ranjang dan berdiri lalu berjalan. Akhirnya sudah kubuktikan pada dokter bahwa aku juga mampu seperti pasien yang lain. Meski perkembanganku lambat di awal, tapi hasil akhirnya sama.

Setelah perbanku diganti perban anti air,  aku pulang ke rumah pada hari keempat. Jahitanku sudah kering ketika kontrol pertama, dan benar-benar lepas perban pada kontol kedua. Kira-kira tiga minggu sejak anakku lahir, aku sudah bisa memandikan anakku sendiri dengan posisi jongkok.

Pemulihan yang begitu cepat karena aku diberi ekstrak gamat+ikan gabus dan makan minimal 3 butir putih telur setiap hari.

Meski sempat sedikit mengalami baby blues karena jadwal istirahat yang kacau, toh aku tetap bersyukur bisa melihat senyum putri mungilku. Melahirkan secara caesar juga menyakitkan ternyata, tapi semuanya terbayar ketika senyum indah dan tangisan terukir dari bibir anak kita.

6 comments:

  1. terimakasih share nya ibu erna. your daughter someday would drop her tears because of this. proud!

    ReplyDelete
  2. Bun ribetkah melahirkan secar dgn bpjs saat proses administrasinya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pengalaman saya si engga terlalu ribet, tapi ya itu harus sabar bulak balik ke adm dan vk untuk mengurus ini itu

      Delete
  3. Jadi deg2an dech bsk mw melahirkan baby dgn sesar...smoga berjln lncar amien..☺

    ReplyDelete
  4. Jadi deg2an dech bsk mw melahirkan baby dgn sesar...smoga berjln lncar amien..☺

    ReplyDelete
  5. Pengalaman ibu sama persis seperti aku. Aku juga pasien BPJS caesar. Tapi aku makan 6-8 butir telur jawa (hanya putihnya) setiap hari. Ini udah hari ke12 pasca caesar. Tp masih ngilu-ngilu dan belum bisa jongkok. Btw, extra gamat nya rasanya gimana ya? Jujur, aku merinding baca bahannya :( Maturnuwun

    ReplyDelete