Malam ini tepat seminggu yang lalu aku merasakan kehidupan golongan menengah ke bawah. Ya, empat belas jam tanpa beranjak dari papan besi pintu kereta yang telah tertutup membuatku belajar banyak hal. Kadang memang timbul rasa iri ketika melihat film atau dorama Jepang. Kapan ya negeri ini memiliki mode transportasi masal yang nyaman yang mementingkan keselamatan dan kepuasan masyarakat. Ya, meski ada bus transjakarta yang murah meriah, atau MRT yang sungguh keren bila benar-benar terealisasi, atau KRL AC ekonomi yang murah juga, tapi kapasitas mereka belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, dan tentu saja baru bisa dinikmati warga kawasan ibukota dan sekitarnya.
Ya, mau bagaimana lagi, dengan hanya mengeluarkan tiga puluh tujuh ribu rupiah, kita sudah akan diantar dengan selamat sampai ibukota. Wajarlah jika fasilitasnya juga seperti harganya. Jangan bayangkan mendapat selimut, kursi empuk yang bisa disetel sesuai kebutuhan, makan malam yang menyenangkan kalau tak mau bayar 250ribu untuk fasilitas eksekutif. Yah, kereta ekonomi memang masih menjadi favorit masyarakat dibandingkan bus ekonomi minimal seharga 70an ribu, atau dengan kereta bisnis yang fasilitasnya tak jauh beda dengan harga hampir empat kali lipat. Tentu saja dengan status mahasiswa, aku pun akan memilih fasilitas kereta ekonomi. Meski berdesak-desakan, mendengar nyanyian pedagang sepanjang malam, hal itu tak mengurangi eksotisme pengguna jasa kereta ekonomi. Justru dengan interaksi seperti itu, aku mendengar banyak hal, banyak cerita dari banyak pengalaman. Seperti cerita bapak yang kebetulan senasib. Aku masih jauh lebih baik, bisa bersandar di pojokan pintu dan duduk di tas yang berisi pakaian. Lumayan empuk lah. Aku tak harus duduk di toilet seperti sebuah keluarga dari Klaten yang bernasib sama seperti kami.
Dari perbincangan dengan orang-orang sekitar, aku mendapat banyak hal. Seperti bapak di sampingku yang dengan polosnya berandai jika presiden kita merasakan apa yang dirasakan rakyat, apa yang akan dia lakukan. Kata-kata yang cukup menusuk pikiranku. Ya, akankah kelak jika aku memenuhi baktiku pada negeri dan mendapat kepercayaan yang tinggi, akankah aku ingat sepenggal kisah semalam itu. Semoga saja aku tidak terlena pesona dunia Ya Allah, aamiin.
Ada juga bapak di sampingnya yang begitu bijaknya menyikapi pertanyaan dan pernyataan tentang kampus kami. Bapak itu dengan bijaknya mengatakan bahwa input dan proses yang baik, tak selamanya menghasilkan output dan outcome yang baik. Pasti adalah scrap producnya.(redaksi disesuaikan denga audit dan cost acc.). cukup melegakan karana begitu ditanya kuliah dimana, reaksi orang memang berbeda-beda. Ada yang memuji, tak jarang melecehkan,. Ah, sudahlah, bagiku mungkin karena meraka tidak tahu bagaimana keadaan kami, jadi mereka mengambil kesimpulan sendiri. Ya, meski aku juga tak memungkiri bahwa aku tak sepenuhnya bersih.
Malam menjelang dan penumpang kereta pun satu-persatu tertidur. Panasnya udara tak menghalangi kenyenyakan sesaat. Ketika kereta berhenti, pintu sedikit dibuka, dan angin surga pun masuk. Begitulah kata mereka. Mereka yang rela membanting tulang ke tanah yang jauh dari kampung halaman demi keluarga tercinta. Perjuangan yang begitu tulus dan ikhlas demi orang-orang terkasih. Betapa aku merasa tak ada apa-apanya dibanding mereka.
Menjelang subuh, kereta merangkak menuju Bekasi. Seorang ibu yang akan turun bercerita pada kami bahwa orang-orang yang beruntung bisa menikmati tempat duduk bukanlah semata karena keberuntungan mereka. Ini karena perjuangan mereka. Kereta yang baru beranjak pukul 5 sore sudah mereka tempati puluk 10 pagi. Aduh, aku merasa pengorbananku tak ada apa-apanya. Yah, aku memang datang pukul 10 pagi, abis itu, pulang lagi lah. Pamitan sama eyang, ngobrol dengan tetangga dan keluarga sementara mereka dengan sabarnya duduk di dalam kereta yang baru akan berangkat tujuh jam lagi. Belum lagi perjalanan 13 jam. Genap 20 jam mereka berada di dalam gerbong. Aduh, aku malu dengan diriku. Betapa aku belum membulatkan tekadku ketika ingin mencapai sesuatu. Tak apalah, nikmatilah sensasinya, pintu kereta senja bengawan 27 juni 2011.
_aliefha 75_4 juli 2011_22:45
Seorang ibu, istri, anak dan auditor yang suka travelling menjelajahi tempat-tempat baru dan bercita-cita menjadi ibu rumah tangga. Motto: semakin tersesat semakin menyenangkan, asal tau jalan pulang.
Labels
- Attribute Standards (1)
- audit internal (1)
- caesar bpjs (1)
- informasi (2)
- ippf (1)
- kehamilan (2)
- kisah hidupku (2)
- kisah inspiratif (7)
- mandi bola (1)
- melahirkan (2)
- menyusui (1)
- parenting (23)
- pengetahuan (4)
- Performance Standards (1)
- perjalanan (6)
- perkembangan anak (2)
- point of view (17)
- tiket lebaran (1)
- tiketkai (1)
- tips (2)
- wisata (5)
No comments:
Post a Comment