Sunday, October 6, 2013

Adorable Journey from Batam to Papandayan


I’ll do everything for what I want to do. Hidup lo cuma buat seneng-seneng ya, Na? Kamu, terbang ke Jakarta hanya untuk kesini? Apa, dari Batam hanya untuk mendaki Papandayan, luar biasa? Ya, itu adalah cuplikan beberapa komentar teman-teman yang saya temui ketika mereka tahu bahwa weekend ini aku berencana naik gunung bersama Pasukan Semut. Daaaan pengorbanan yang saya lakukan bukan untuk sebuah kata “hanya” teman-teman. Karena apa? Pengorbanan materi, waktu, dan tenaga yang saya keluarkan tidak sebanding dengan hikmat dan pelajaran luar biasa yang bisa saya petik dari perjalanan ini.

Perjalanan luar biasa itu dimulai dengan perjalanan ke bandara Hang Nadim. Saya mendapatkan tiket promo Rp800.000,00 an untuk penerbangan pergi pulang dari Batam ke Jakarta untuk Jumat siang dan Senin pagi. Selepas sholat Jumat, saya pun tancap gas menuju bandara. Penerbangan Batam-Jakarta biasa ditempuh dalam waktu 1,5 jam.



Sesampainya di bandara Soekarno Hatta pada pukul 16.30, saya keluar mencari makan dan menunggu Damri yang akan mengantarkan raga ini ke Terminal Kampung Rambutan, titik pertemuan dengan teman-teman yang berkantor di Jakarta. Ternyata Jumat itu Damri menuju Kampung Rambutan selalu penuh. Setelah bosan lebih dari 2 jam menunggu akhirnya saya memutuskan mengajak orang-orang dengan tujuan yang sama untuk join taksi. Perjalanan dari Soekarno Hatta ke Kampung Rambutan ditempuh dalam waktu kurang lebih dua jam karena kemacetan Jakarta. Sesampainya di Kampung Rambutan, sudah ada teman-teman yang menunggu. Yak, kita absen dulu, Fitri, Ayu, Lolita, Pebsi, dan Erna sudah datang. Berarti kurang Sanda, Fairuz dan temannya, serta Dhani Boy dan Zaki. Pukul 22.00 Sanda sudah menampakkan batang hidungnya. Ternyata Fairuz dan temannya batal ikut karena sakit. Sementara itu Dhani Boy dan Zaki akan menyusul karena ada kuliah. Pukul 22.30 perjalanan awal ke puncak dimulai. Benar-benar tugas berat bagi Sanda karena harus menjaga 5 cewek.

Jakarta-Garut kami tempuh dalam waktu kurang lebih 4 jam perjalanan malam hari dengan biaya Rp42.000,00. Sensasi aroma gunung sudah terasa saat raga ini memasuki kawasan Teminal Guntur. Masih terlampau pagi bagi kami untuk naik, apalagi kami masih menunggu dua teman yang menyusul. Sembari menunggu, kami berenam tiduran di serambi masjid di Terminal Guntur, Garut. Ternyata di sana sudah banyak tubuh manusia yang bergelimpangan melepas lelah sejenak untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak. Selepas subuh, sudah banyak sopir angkot yang menawarkankendaraan menuju Cisurupan. Tarif yang dipatok adalah Rp20.000,00 per orang karena perjalanan yang terlampau pagi. Karena Dhani Boy dan Zaki kami belum datang, kami memutuskan menunggu.

Selepas matahari bersinar terang,tarif angkot ke Cisurupan pun turun menjadi Rp15.000,00 dan kami berhasil menawar hingga Rp12.000,00 per orang. Angkot ini memuat dua rombongan. Rombongan kami delapan orang dan rombongan lain lima orang. Sebelum mendaki kami mengisi perut dulu di warung makan di Terminal Guntur. Nasi sayur dengan lauk telur ceplok dihargai Rp6.000,00. Yang so sweet dan membuat cewek-cewek malu adalah ternyata ketika kami sarapan, Dhani Boy pergi ke pasar dan membeli sayur, buah dan bumbu dapur. Bahkan kami cewek-cewek pun tidak berpikir sampai sejauh itu Boy.

Perjalanan dengan angkot dari Terminal Guntur menuju Cisurupan dapat ditempuh kurang lebih satu jam. Sampai Cisurupan, kami berganti alat transportasi. Menggunakan pick up, kami melucur menuju pos pendakian. Tarif pick up ini Rp 15.000,00 per orang. Perjalanan ditempuh dalam waktu satu jam. Untuk menuju pos pendakian, kita akan melewati suasana kampung dengan jalanan ekstrim yang sangat tidak cocok untuk Anda yang sedang hamil karena akan menyebabkan keguguran. Tentu saja, mana ada orang hamil mau nekat mendaki gunung. Pokoknya sensasinya melebihi naik kapal dengan gelombang 2m lah. Sangat luar biasa, apalagi ditambah jalanan berdebu. Jadi siapkan masker Anda.

Kami sampai di pos pendakian pada pukul 09.30. Setelah mendaftarkan diri dan membayar retribusi Rp2.000,00, kami memulai pendakian menuju Pondok Salada. Pondok Salada adalah camp tempat kami akan mendirikan tenda. Untuk mencapai Pondok Salada, kita akan melewati hutan selama beberapa menit, setelah itu kita akan disuguhi pemandangan gunung kapur dengan gas belerang yang masih aktif. Bagi yang memiliki masalah kulit, bisa tuh mandi di sungai kecil yang mengalir di samping jalur pendakian. Alami lho.

Medan gunung kapur dengan aroma belerang ini tidak terlalu terjal, namun cukup menguras tenaga karena hawa keringnya. Untuk itu, basahi masker Anda agar organ pernafasan tidak terlalu keras bekerja. Kurang lebih setengah jam melewati hutan kapur dengan sapuan gas belerang, kita akan melewati hutan menuju Pondok Salada. Perjalanan Pos Pendakian-Pondok Salada kurang lebih memakan waktu 1 jam 15 menit. Sesampai di Pondok Salada, kami bertemu dengan rombongan teman-teman dan senior. Yaelah, jauh-jauh ke Papandayan, ketemunya orang-orang itu lagi. Teman-teman itu ternyata ada di mana-mana ya.

Kami pun segera mendirikan tenda dan memasak untuk makan siang. Untuk ukuran camping, menu makan siang kami tergolong luar biasa. Nasi, sosis, telur, semangka, irigasi nutr*sari, adalah menu makan siang kami. Seusai makan siang, kami pun beristirahat sejenak.

Pukul 16.00 kami melanjutkan perjalanan menuju Tegal Alun, sebuah padang edelweiss cantik. Ternyata hanya setengah jam saja perjalanan ke Tegal Alun, namun jalurnya sangat terjal. Kami melewati hutan mati dan berjuang mendaki tanjakan. Namun pengorbanan itu tak sia-sia. Pemandangan edelweiss cantik dan matahari sore yang memukau mengalahkan rasa lelah kami. Puas berfoto-foto, lima belas menit kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju puncak bayangan. Selepas menikmati Padang Edelweis, kami disuguhi kolam akuarium nan tak kalah cantik. Kolamnya mungil, namun seperti ekosistem laut dalam sebuah akuarium. Ada ganggang hijau cantik dengan air bening menyejukkan. Benar-benar luar biasa.

Selepas menikmati kolam akuarium yang cantik kami melanjutkan perjalanan membelah hutan. 45 menit kemudian, kami sampai di puncak bayangan. Untuk menuju puncak bayangan, jalur yang dilalui cukup menantang. Membelah rimbunnya pepohonan, dengan rintangan kayu besar di tengah jalan, tanjakan yang cukup terjal dengan pemandangan jurang di sisi kiri benar-benar memacu adrenalin. Saying hari itu berkabut. Jadi pemandangan jurang dan lembah tidak bisa kami nikmati. Perjalanan pun dilanjutkan kembali, daaaan tepat pukul 18.05 sampailah kami di Puncak 2665 mdpl. Alhamdulillah. Perjalanan kami masih setengah lagi. Tujuan puncak telah tercapai, namun masih ada sisa perjalanan yaitu turun. Kami pun segera mengisi ulang tenaga.

Benar-benar momen yang luar biasa. Kami telah berhasil menakhlukkan diri kami sendiri. Begitu banyak godaan dalam perjalanan, dan ternyata kami tetap fokus pada tujuan, menuju puncak. Tak pernah menyerah melawan ego diri sendiri, mementingkan kebersamaan, teamwork yang luar biasa. Apalagi solidaritas sesama pendaki yang benar-benar amazing.

Pukul 18.30 kami melanjutkan setengah misi kami. Perjalanan turun ke Pondok Salada kami tempuh dalam waktu dua jam. Turun bukanlah hal yang mudah dengan jurang di sisi kanan pada malam hari. Lagi-lagi teamwork yang luar biasa sangat berperan dalam penurunan kami. Saling menjaga, mengingatkan dan memberi kode adanya rintangan mewarnai perjalanan penurunan kami. Apalagi cuaca malam yang sangat cerah. Bintang-bintang bersinar dengan indahnya. Momen yang sungguh luar biasa.

Pukul 20.30 kami sampai dengan selamat di camp meski ada beberapa adegan tersesat saat berada di hutan mati. Teman-teman memutuskan memasak sarden dan roti bakar untuk makan malam, sementara yang saya butuhkan hanya tidur. Selamat beristirahat kawan.
Keesokan harinya, teman-teman memutuskan menuju Tegal Alun sekali lagi. Saya memutuskan tidak ikut, mau menyimpan tenaga karena hari Senin langsung masuk kantor, sementara perjalanan saya jauh lebih panjang dibandingkan teman-teman yang lain. Pukul 06.15 mereka berangkat dan kembali ke camp pada pukul 09.30. Sementara saya dan Fitri memasak sarapan untuk mereka. Menu kami tergolong mewah untuk ukuran camping. Nasi, sosis, telur, tempe, cah kangkung, ikan asin asam manis, sampai buah semangka dan susu. Pokokya 4 sehat 5 sempurna nya sangat terpenuhi.

Pukul 12.00 kami turun dari camp. Kurang lebih sejam kemudian sampailah kami di pos pendakian. Setelah melepas lelah dan membersihkan diri, pukul 15.00 kami turun ke Terminal Guntur. Perjalanan ditempuh dalam waktu 2 jam dengan biaya Rp30.000,00 per orang. Kami naik pick up melewati jalan desa yang sempit karena tidak melalui jalur biasa. Memang pick up seharusnya hanya melayani rute dari pos pendakian ke Cisurupan karena rute Cisurupan-Terminal Guntur adalah milik angkot.

Pukul 17.00 kami sampai di Terminal Guntur. Kami pun menunaikan sholat sembari melepas lelah. Sekitar pukul 19.30 kami meluncur menuju Jakarta. Sampai Pasar Rebo pukul 23.30, kami pun berpisah menuju tempat istirahat masing-masing. Saya langsung melanjutkan perjalanan menuju bandara Soekarno Hatta. Amazing, perjalanan dari Pasar Rebo-Bandara Soekarno Hatta tidak sampai sejam. Setelah membersihkan diri di toilet, saya memilih tidur di kursi tunggu terminal 1. Pengalaman tidur di bandara akan saya posting pada tulisan selanjutnya.

Pukul 06.30 pesawat take off menuju Batam. Pukul 07.55 pun saya mendarat dengan selamat di Bandara Hang Nadim, Batam. Selanjutnya saya menuju kontrakan, dan lanjut ngantor lagi. Telat memang, dipotonglah tukin saya. But, it doesn’t matter. Ga material dibandingkan adorable experience yang saya peroleh. Tapi jangan ditiru ya.

Oke, selamat menikmati weekday yang padat. Banyak pekerjaan menanti.

Ringkasan
Kampung Rambutan-Terminal Guntur 4 jam Rp42.000,00 naik bus
Terminal Guntur-Cisurupan 1 jam Rp 12.000,00 (siang hari) atau Rp20.000,00 (malam hari) naik angkot
Cisuruan-Pos Pendakian 1 jam Rp15.000,000 naik pick up
Pos pendakian-Pondok Salada 1 jam 15 menit
Pondok Salada-Tegal Alun 30 menit
Tegal Alun-Puncak Bayangan 45 menit
Puncak Bayangan-Puncak 35 menit
Puncak-Pondok Salada (turun) 2 jam (dengan tersesat dan menikmati bintang di langit)
Pondok Salada-Pos Pendakian (turun) 1 jam
Pos Pendakian-Terminal Guntur (turun) 2 jam Rp30.000,00
Terminal Guntur –Pasar Rebo (turun) 4 jam Rp 42.000

Batam, 6 Oktober 2013








7 comments:

  1. Salam adorable dari indonesia wahai makcik singapura. :)

    ReplyDelete
  2. Adorable journey and memories, ukh.. Terharu banget.. love you..:D

    ReplyDelete
  3. Adorable!
    Sampai air mata menitik krn berasa flashback semua memori ktk dsana :')

    ReplyDelete
  4. pasukan semut, skala 1-10, kalian dapat 9 :)
    jantaaan!

    ReplyDelete
  5. kata-kata baru yang ditemukan selama perjalanan ini selain tentu saja adorable-hehe-adalah pengairan (irigasi) nutr*sari ala Dhani boy
    >.<

    ReplyDelete
  6. Quote nya kan adorable sama irigasi,

    thank's a lot yak teman2, luph u all, :*

    ReplyDelete
  7. :D Hu um,,
    sami2 ukh...
    eh sudah ada gambarnya..hore..

    ReplyDelete